Selasa, 18 Maret 2014

MARS IKAHIMBI

















Lirik MARS IKAHIMBI
(Oleh: Nor Hidayah, Mahasiswa Tadris Biologi semester 2 IAIN Walisongo Semarang)

Adil berfikir ikhlas dalam berkarya
Baktikan diri hidupmu
Kembangkan daya sucikan hati
Demi jaya biologi 
            Puncak gunung menjulang pada lembah
Hidup pada kehidupan
Cakrawala lautan dan samudra
Selami lautan ilmu
**
Tegakan sikap mengemban tanggung jawab
Lestarikan alam raya
Satukan tekad dalam satu cita
Satukan beda dalam satu cinta
Makmurkan bumi Indonesia
Mahasiswa biologi indonesia
Lebur dalam rahasia ilmu
Mahasiswa biologi Indonesia
Mengemban amanah sang pencipta
Kembali ke**
Satukan tekad dalam satu cita
Satukan beda dalam satu cinta
Makmurkan bumi Indonsia
Mahasiswa Biologi Indonesia
Adil berfikir ikhlas berkarya

Kamis, 13 Maret 2014

Iringan Tasbih Biru (Puisi : Muhammad Arya Irfansyah Ishak)





















saat kepedihan mulai merayap di hatiku
aku pun merintih menangis
saat ku membayangkan bayanganmu di depanku
aku pun jua menangisi cinta kita yang begitu perih

cintaku, cintamu begitu menyakitkan
tak mendapat restu dan ridho Sang Pengalir Darah

semua daun pun melambai-lambai 
seakan kau dan aku akan terpisahkan 
oleh berlapis-lapis gedung sudut kota

hanya iringan tasbih biru yang mampu menguatkan kita
hanya lantunan doaku, doamu dan doa kita jua lah 
yang dapat mempersatukan kesucian cinta kita yang abadi




Persahabatan















Persahabatan
bukan tentang siapa yang datang lebih dulu
bukan siapa yang lebih lama kenal
tapi mereka yang datang dan tak pernah pergi meninggalkan kita

Rabu, 12 Maret 2014

Dalam Mushaf Cinta-Mu 

Puisi: Nor Hidayah



 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
mushaf cinta
di dalammu sering dan selalu terjumpa olehku
ayat demi ayat yang menghias lembarmu
rangkaian kalimahmu selalu terlafadzkan
beriringan dengan jari telunjukku

mencoba mengeja maknamu
sederhana namun terasa indah menyelimuti hatiku

tersadar
Engkaulah as-syifa
dikala goresan luka terasa sakit mendera sanubariku
engkaulah an-nur
dikala tak ada secerca cahaya yang terpancar
dalam gelap hidupku
dan Engkaulah setetes embun
dikala kegersangan menerpa hatiku

ya Allah
sungguh hanya dalam mushaf cinta-Mu
kutemukan kedamaian kalbu

 


Antara Iman, Cinta dan Pusaran Tradisi

Judul : Derap-derap Tasbih
Penulis : Hadi S. Khuly
Penerbit : Diva Press
Tebal : 412 Halaman

Apa yang akan terjadi jika seorang putri kyai sekaligus pengasuh pesantren yang tersohor keimanannya terjerembab dalam jurang maksiat, akibat dendam cinta yang tak terbatas?

Cinta adalah anugerah terindah dari sang pencipta. Namun banyak sekali diantara kita yang tidak bisa mensyukuri karunia tersebut hingga cinta itu terbalik menjadi suatu luka yang mendera hati. Sebagai seorang muslim atau muslimah sudah sewajibnya mensyukuri anugerah cinta dengan cara-cara yang elegan, cantik dan beriman yaitu dengan mencintai seseorang karena Allah dan terbingkai atas nama-Nya.

Adalah Warda, putri dari kyai Sahal pengasuh pondok pesantren yang sudah tidak diragukan lagi kealimannya, telah gagal dalam mengelola gelegar cintanya pada Fatih, santri pengarang kreatif dan sekaligus anak asuh kyai tersebut.

Warda telah jatuh cinta kepada Fatih namun apa yang Fatih rasakan berbeda dengan apa yang ada di hati Wardah, Fatih sudah menganggap Wardah sebagai adiknya sendiri. Dari hal tersebut, Warda sangat membenci Fatih bahkan dengan emosi membara, Warda berjuang untuk membuktikan pada Fatih bahwa tak sepatutnya pemuda tersebut menolak cintanya karena ia putri kyai besar, cantik dan berpengaruh.

Sayang Warda kebablasan, ia terjerebab ke jurang kalam penuh dengan duri maksiat karena tertipu oleh tipu daya seorang pemuda guide bernama Hendra.

Peristiwa buruk yang dialami Warda membuat Fatih merasa sangat bersalah kepada kyai yang amat dicintai dan dihormatinya. Tetapi sang kyai menolak untuk menikahkan Warda dengan Fatih karena janin di rahim Warda bukan anak Fatih.

”Setiap orang berhak mencintai dan dicintai bukan karena terpaksa atau belas kasihan tetapi karena keikhlasan,” kata kyai Sahal.

Berbeda dengan Warda, Fatih justru telah menemukan cinta yang terbingkai atas nama Allah. Ya, Fatih telah jatuh cinta kepada Dian. Berawal dari sebuah pertemuan di rumah sakit ketika Fatih tertabrak sebuah mobil yang tidak lain mobil itu adalah milik Dian yang dikemudikan oleh dua sahabatnya.

Di rumah sakit itulah benih-benih cinta mulai tumbuh dihati Fatih. Selama Fatih berada di rumah sakit Dian-lah yang merawat karena ia sedang coas untuk menyandang gelar dokter.

Dia pun merasakan hal yang sama dengan Fatih. Karena cinta itulah, Dian yang awalnya adalah gadis sombong dengan keangkuhannya segede gunung berubah menjadi gadis sederhana, anggung dan berjilbab.

Didukung tema kritis yang menukik, setting yang kuat, alur kisah yang penuh kejutan, konflik yang mengharu biru dan karakter tokoh-tokohnya yang detail, novel religius ini mampu menghadirkan banyak renungan bagi setiap pembacanya guna memaknai dan mensyukuri cinta dalam bingkai harmoni keimanan dan kearifan tradisinya. (Nor Hidayah)


Sepenggal Doa untuk-Mu




segenggam doa kupanjatkan dipelataran malam-Mu
untaian kalimah tayyibah ku-lafadz-kan
beriringan dengan butir tasbih
yang melekat dalam dekapanku
 

diatas hamparan sajadah suciku
kutengadahkan tangan
kusandarkan kerapuhan jiwa
kutumpahkan air mata
agar basah hati yang kian hari semakin dangkal ini

 

dalam sujudku pada-Mu
kucecahkan dahi ini ke bumi
bukti tanda syukurku atas kebesaran-Mu
karena hanya Engkaulah yang selalu memelukku
ketika aku ingin menangis
ketika aku bersedih

 

kumohon padamu ya Rabb
jangan pernah Engkau menjauhkan
karena dosa-dosaku kian tertumpuk
jangan pernah Engkau meninggalkan
karena aku takkan mampu bertahan tanpa-Mu